BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembahasan
B. Rumusan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang pembahasan diatas, penulis dapat merumuskan rumusan pembahasan yaitu sebagai berikut:
1. Apa hakikat dari pembelajaran aqidah akhlak?
2. Bagaimana konsep dasar dari materi aqidah akhlak?
3. Bagaimana isi silabus mata pelajaran aqidah akhlak yang ada di MI?
4. Bagaiamana cara pengembangan materi aqidah akhlak yang ada di MI?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan pembahasan diatas, dapat diketahui tujuan pembahasan yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui hakikat dari pembelajaran aqidah akhlak.
2. Mengatahui konsep dasar dari materi aqidah akhlak.
3. Mengetahui isi silabus mata pelajaran aqidah akhlak yang ada di MI.
4. Mengetahui cara pengembangan materi aqidah akhlak yang ada di MI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Aqidah Akhlak
Kata hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonenesia (2001 : 383) bisa diartikan intisari atau dasar atau kenyataan yang sebenarnya /sesungguhnya. Jika dihubungkan dengan pembelajaran aqidah akhlak bisa diartikan apa intisari atau dasar pembelajaran aqidah akhlak.
Istilah pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 :17) diartikan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam kaitannya dengan hakikat pembelajaran aqidah akhlak adalah bagaimana sebenarnya intisari aqidah akhlak dan bagaimana cara atau proses untuk mempelajarinya. Oleh karena itu pembelajaran mempunyai beberapa aspek. Jika dihubungkan dengan proses belajar mengajar maka aspek yang perlu ada dalam proses adalah berkaitan dengan bagaimana cara merencanakan pembelajaran aqidah akhlak, materinya apa, sterateginya, medianya, langkah-langkahnya dan bagaimana mengevaluasinya.
Selanjutnya istilah aqidah menurut kamus Al Munawir dalam Ilyas (1995 : 1) berasal dari bahasa Arab yang berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan, yang berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh, setelah terbentuk menjadi kata ‘aqidah berarti keyakinan, dan selanjutnya diartikan keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Tidak ada manusia yang tidak mempunyai aqidah atau keyakinan, semuanya mempunyai keyakinan hanya saja keyakinannya itu apa ?, keyakinan pada dewa, pada tiga tuhan, atau bahkan keyakinan bahwa tuhan tidak ada, itupun juga keyakinan. Yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran aqidah disini adalah keyakinan Islam atau keyakinan pada Allah, artinya bagaimana cara atau proses mengajar manusia agar mempunyai keyakinan Islam atau keyakinan kepada Allah yang kuat. Karena aqidah ini adalah fondasi dari ajaran Islam, jika aqidahnya atau keyakinannya kuat maka dia akan mudah untuk menjalankan ajaran Islam yang lain.
Oleh karena yang dipelajari adalah aqidah Islam, disini pengertian aqidah menurut salah satu pendapat yaitu menurut al Banna dalam Ilyas (1995 :1) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Jadi aqidah disini dimaksudkan adalah keyakinan yang tidak bercampur keraguan. Jika dikaitkan dengan hakikat pembelajaran aqidah adalah bagaimana intisari pelajaran tentang keyakinan dalam Islam dan bagaimana cara atau proses untuk mempelajarinya.
Selanjutnuya istilah akhlak. Menurut kamus Al Munjid dalam Asmaran (1992 : 1) kata akhlak berasal dari bahasa arab yang bentuk jamaknya khulq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Oleh para ahli ilmu akhlak istilah itu dianggap belum tepat, maka menurut mereka yang lebih tepat adalah menurut Al Ghazali dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 53) khulq itu berarti bentuk kejadian dalam hal ini yang dimaksud bentuk batin/psikis seseorang. Selanjutnya dijelaskan pula menurut Al Ghazali akhlak adalah suatu istilah tentang bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat atau bertingkah laku, bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula suatu pertimbangan. Mengapa tanpa pertimbangan atau pemikiran? karena dia sudah menjadi sifat atau sesuatu yang melekat, hal itu karena sudah menjadi kebiasaan, bukan berarti perbuatan yang tak difikirkan tetapi sudah menjadi darah daging, dan itu bisa baik dan bisa buruk tergantung proses pembiasaan yang didapatkan dalam hidupnya, Oleh karena itu dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 55) Pembelajaran akhlak berarti pembelajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya atau tingkah lakunya, didalam pelaksanaan pembelajaran berarti bagaimana proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik, artinya orang yang diajarkan punya bentuk batin yang baik menurut ajaran Islam dan nampak dalam perilakunya sehari-hari, atau dalam bentuk sederhana adalah bagaimana cara orang berakhlakterpuji menurut ajaran Islam.
Jadi hakikat pembelajaran aqidah akhlak adalah apa sebenarnya intisari atau dasar dari keyakinan dan perilaku (yang berdasarkan bentuk batin) yang baik menurut ajaran Islam dan bagaimana cara atau proses manusia untuk mempelajarinya, agar manusia memahami ajaran itu dengan baik. Jika disederhanakan lagi maka program ini dimasudkan adalah bagaimana agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa sebenarnya dasar atau intisari dari ajaran tentang keyakinan dan perilaku yang baik dalam ajaran Islam, serta bagaimana proses atau cara untuk mengajarkannya kepada siswa.
B. Konsep Dasar Materi Aqidah Akhlak
1. Pengertian Aqidah Akhlak
Isi ajaran Islam secara garis besar ada tiga menurut Syihab yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlak.Atau dalam hal ini biasa digunakan istilah yang bermacam-macam. Untuk istilah aqidah biasa digunakan istilah, Tauhid, Ilmu Kalam ,Ilmu Ushuluddin, Theologi, seperti dikatakan Madjid (1995 : 202) Jenis-jenis penyebutan lain ilmu kalam yaitu ilmu aqa’id (yakni ilmu akidah-akidah yakni simpul-simpul/kepercayaan, Ilmu Tawhid (Ilmu tentang keMaha Esaan (Tuhan)), dan ilmu Ushul al-Din (Ushuluddin yakni ilmu pokok-pokok agama)). Untuk istilah syari’ah biasa digunakan istilah fiqh, ibadah,,muamalah dan untuk istilah akhlak biasa digunakan istilah tasauf dan lain sebagainya. Atau menurut Nurkholis Madjid untuk ketiga istilah ini biasa digunakan istilah bagaimana cara mengetahuinya dan mengembangkannya dengan istilah ijtihad, mujtahid dan mujahadah.
Kata Aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan, yang dimaksud disini adalah ikatan yang kuat pada Allah, kita mengikatkan hati kita kepada Allah. Jadi fondasi awal dari aqidah ini adalah kata Laa Ilaaha Illa Allah ( tidak ada Tuhan selain Allah) Menurut Imaduddin Abdurrahim Ilaah disini maknanya adalah “ Sesuatu yang paling kita pentingkan dalam hidup, sehingga rela melakukan apa saja untuk sesuatu yang dipentingkan itu “. Jadi menurutnya Ilaah adalah Sesuatu yang paling dipentingkan, apa yang kita pentingkan dalam hidup ini?, maka menurutnya banyak hal dalam hidup kita yang menjadi tuhan kita dalam kenyataannya iyaitu misalnya harta, tahta , wanita/laki-laki, selama hal tersebut paling kita pentingkan dalam hidup kita, sehingga kita menghalalkan segala cara untuk hal-hal tersebut.
Oleh karena itu menurut Imaduddin seharunya dalam hidup kita seharusnya “Allah” lah yang harus kita pentingkan dalam hidup kita, sehingga kita rela melakukan apa saya untuk memperoleh keridhaan Allah. Bukan berarti kita tidak boleh mencari harta, tahta dan lain sebagainya , tetapi hendaknya segala yang kita inginkan itu seharusnya tidak bertentangan dengan keinginan Allah dan untuk mencari ridha Allah.
Melihat pengertian di atas aqidah berkaitan dengan keyakinan, keyakinan dalam agama Islam adalah Laa ilaaha Illa Allah.Jadi konsep materi aqidah adalah kita mengajarkan kepada siswa mengenai keyakinan, bagaimana mengajarkan konsep keyakinan kepada siswa, berarti yang lebih ditonjolkan adalah ranah afektif atau pembentukan sikap.
Selanjutnya kita membahas mengenai pengertian akhlak. Akhlak berasal dari kata khulq . Menurut Al GhazaliKhuluq artinya bentuk atau kejadian, yanag dijaksud adalah bentuk “batin”, sebenarnya ketika kita belajar akhlak sebenarnya sedang mempelajari “bentuk batin” atau “sesuatu yang di dalam”, tetapi apakah kita bisa melihat bentuk batin tersebut ?, tentu sulit kecuali orang yang sudah arif. Oleh karena itu menurut Al Ghazali pengertian akhlak adalah bentuk batin yang menjelma dalam tingkah laku. Jadi sebenranya ketika kita melihat perilaku seseorang belum tentu itu menggambarkan bentuk batin sebenarnya . Oleh karena itu menurut Ahmad Amin (1995 : 62) Sebagian orang menyatakan pengertian akhlaq adalah “Kebiasaan kehendak” , kehendak itu bila membiasakan sesuatu, dan bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Maka kebiasaannya itu disebut akhlak,atau kehendak yang dibiasakan, kehendak merujuk pada aspek dalam atau biasa disebut juga aspek esoteris dan kebiasaan merujuk pada aspek luark atau yang biasa disebut aspek eksoteris. Oleh karena itu jika kehendak saja itu bukan akhlak, atau kelakuann saja tapi tanpa kesadaran itu bukan akhlaq harusnya ada keduanya.Jadi menurutnya jika orang baru melakukan sekali saja itu belum tentu akhlaknya, tetapi ketika dia melakukan berkali-kali itulah akhlaknya.Hal ini senada dalam tulisan Susetya sesuatu dikatakan sudah menjadi kebiasaan apabila sudah dilakukan selama 45 kali, barulah itu menjadi sebuah kebiasaan.
2. Ruang Lingkup Materi Aqidah Ahlak
Materi Aqidah akhlak mempunyai ruang lingkup materi, secara umum materi aqidah adalah Rukun Iman yaitu :
a. Iman kepada Allah.
b. Iman kepada Malaikat Allah.
c. Iman kepada kitanb-kitab Allah.
d. Iman kepada Rasul-raasul Allah.
e. Iman kepada hari akhir.
f. Iman kepada takdir.
Selanjutnya dari materi secara garis besar di atas diperinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih rinci lagi, misalnya iman kepda Allah mencakup sifat dan nama-nama Allah, dan lain sebagainya.
Senada dengan hal di atas Sabiq (1992 : 519-522) menyatakan lingkup aqidah itu adalah tetang ma’rifat kepada Allah, Dzat ketuhanan, sifat Allah, hakikat keimanan dan buahnya, Takdir, malaikat, jin, kitab-kitab dari langit, Rasul-rasul, roh, tanda-tanda hari kiamat, hari kiamat, hisab, syurga dan neraka.
Selanjutnya materi Akhlak adalah:
a. Akhlak kepada Khaliq/Allah.
b. Akhlak kepada makhluq/ciptraan Allah. Ini terbagi lagi.
· Akhlak kepada Manusia.:
- Akhlak pada yang lebih tua
- Akhlak kepada guru
- Akhlak kepada orang tua
- Akhlak pada yang sebaya
- Akhlak pada yang lebih muda
· Akhlakkepada non manusia
Akhlak kepada non manusia ini dibagi lagi, yaitu:
- Akhlak pada yang nampak. Misalnya bagaimana kita berakhlak kepada lingkungan hidup, tumbuhan, hewan, gunung, air, udara dan lain sebagainya.
- Akhlak pada yang tidak nampak. Bagaimana kita beraklak kepada malaikat, jin , dan lain sebagainya.
- Akhlak pada yang tidak nampak. Bagaimana kita beraklak kepada malaikat, jin , dan lain sebagainya.
Itulah materi aqidah akhlak secara garis besar. Namun ada juga yang membagi istilah akhlak dalam dua garisa besar , yaitu akhlak baik dan buruk , akhlak baik harus dilakukan dan akhlak buruk harus ditinggalkan, misalnya akhlak baik kepada Allah adalah syukur, ikhlas dan lain sebagainya , sedangkan akhlak buruk yang harus ditinggalkan, misalnya jangan riya’, kufur, takabbur kepada Allah. Dan lain sebagainya.
3. Karakteristik Materi Aqidah Akhlak
Dalam pembelajaran aqidah akhlak yang lebih diutamakan adalah siswa memahami konsep akhlak yang akan kita ajarkan, apa sih “benda” itu kemudian jika yang diajarkan itu akhlaq terpuji maka dampak positifnya, jika perbuatan itu menguntungkan kita akan melakukannya, kalau tidak kita tidak akan melakukannya, karena manusia tidak mau rugi, baik dunia maupun akhirat. Selanjutnya karena itu bagus maka kita ingin tahu bagaimana cara melakukannya, demikian juga jika akhlak tercela, bagaimana konsepnya, kemudian dampak negatifnya dan cara menghindarinya.
Jika dianalisa maka ketika mengajarkan konsep akhlak itu lebih mencapai tujuan dari aspek kognitif, selanjutnya dampak negatif atau positif suatu perbuatan, lebih baik kita sentuh hatinya, hal ini lebih menekankan aspek afektif dan caranya bagaimana lebih pada psikomotorik, tetapi kita ingin agar dia mempunyai sikap yang baik untuk kehidupannya sekarang dan masa- masa yang akan datang.
Konsep pembelajaran aqidah dan akhlak ini sasaran pengajarannya yang utama adalah keadaan jiwa, seperti dikatakan dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 56) sasaran pengajaran akhlak sebenarnya adalah keadaan jiwa, tempat berkumpul segala rasa, pusat yang melahirkan berbagai karsa, dari sana kepribadian terwujud. Disana iman terhunjam, iman dan akhlak berada dalam hati, keduanya dapat bersatu mewujudkan tindakan, bila iman yang kuat mendorong kelihatanlah gejala iman, bila akhlak yang kuat mendorong, kelihatanlah gejala akhlak, dengan demikian tidak salah kalau pada sekolah rendah kedua bidang pembahasan ini dijadikan satu bidang studi yang dinamai bidang studi “aqidah akhlak”. Melihat hal itu kita ketahui bahwa yang lebih diutamakan dalam pembelajaran aqidah akhlak adalah pembelajaran hati, oleh karena itu pembelajarannya baik strategi, evaluasi dan lain sebagainyanya disesuaikan dengan karakter materinya.
Konsep pembelajaran aqidah dan akhlak ini sasaran pengajarannya yang utama adalah keadaan jiwa, seperti dikatakan dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 56) sasaran pengajaran akhlak sebenarnya adalah keadaan jiwa, tempat berkumpul segala rasa, pusat yang melahirkan berbagai karsa, dari sana kepribadian terwujud. Disana iman terhunjam, iman dan akhlak berada dalam hati, keduanya dapat bersatu mewujudkan tindakan, bila iman yang kuat mendorong kelihatanlah gejala iman, bila akhlak yang kuat mendorong, kelihatanlah gejala akhlak, dengan demikian tidak salah kalau pada sekolah rendah kedua bidang pembahasan ini dijadikan satu bidang studi yang dinamai bidang studi “aqidah akhlak”. Melihat hal itu kita ketahui bahwa yang lebih diutamakan dalam pembelajaran aqidah akhlak adalah pembelajaran hati, oleh karena itu pembelajarannya baik strategi, evaluasi dan lain sebagainyanya disesuaikan dengan karakter materinya.
C. Silabus Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Salah satu bagian dari silabus yaitu materi pokok. Adapun materi pokok aqidah akhlak yang ada di MI, yaitu:
1. Kelas 1
a) Semester ganjil
- Rukun iman
- Syahadat tauhid dan syahadat Rasul
- Mengenal sifat-sifat Allah (al-Ahad dan al-Khaliq) melalui kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhannya.
- Membiasakan akhlak terpuji (Jujur, tanggung jawab, hidup bersih, disiplin, kasih sayang dan rukun dalam kehidupan sehari-hari serta adab mandi dan berpakaian).
- Menghindari akhlak tercela (hidup kotor, bohong/dusta, dan berbicara kotor dalam kehidupan sehari-hari).
b) Semester genap
- Kalimat thayyibah (basmalah)
- Mengenal sifat-sifat Allah (ar-Rahman, ar-Rahim dan as-Sami’)
- Membiasakan akhlak terpuji (adab belajar dan bermain serta adab makan dan minum)
- Menghindari akhlak tercela (menghindari berbicara jorok/kotor dan bohong dalam kehidupan sehari-hari)
2. Kelas 2
a) Semester ganjil
- Kalimat thayyibah (hamdalah)
- Mengenal sifat-sifat Allah ( ar-Rozzaq, al-Mughni, al-Hamid dan as-Syakur)
- Membiasakan akhlak terpuji (syukur, hidup sederhana, rendah hati, akhlak berpakaian, makan-minum dan bersin)
- Menghindari akhlak tercela (sombong)
b) Semester genap
- Kalimat thayyibah (tasbih)
- Mengenal sifat-sifat Allah (al-Quddus, as-Shamad, al-Muhaimin dan al-Badi’)
- Membiasakan akhlak terpuji (jujur, rajin, percaya diri, akhlak ketika belajar dan bermain)
- Menghindari akhlak tercela (malas)
3. Kelas 3
a) Semester ganjil
- Kalimat thayyibah (subhanallah dan masyaallah)
- Mengenal sifat-sifat Allah (al-Mushawwir, al-halim dan al-Karim)
- Iman pada malaikat-malaikat Allah
- Membiasakan akhlak terpuji ( rendah hati, santun, ikhlas, dermawan, akhak kepada kedua orang tua)
- Menghindari akhlak tercela (bodoh, pemarah, kikir dan boros)
b) Semester genap
- Kalimat thayyibah (ta’awudz)
- Iman kepada makhluk ghaib selain malaikat (jin dan setan)
- Membiasakan akhlak terpuji (rukun, tolong meonolong dan akhlak terhadap saudara)
- Menghindari akhlak tercela (khianat, iri dan dengki melalui kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS)
4. Kelas 4
a) Semester ganjil
- Kalimat thayyibah (inna lillahi wa inna ilaihi rajiunn)
- Mengenal sifat-sifat Allah (al-Mukmin, al-‘Adhim, al-Hadi, al-Adl dan al-Hakam)
- Iman kepada kitab-kitab Allah
- Membiasakan akhlak terpuji (hormat, patuh, tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan melalui kisah Mashitah)
- Menghindari akhlak tercela (kisah Tsa’labah)
b) Semester genap
- Kalimat thayyibah (asslamualaikum)
- Mengenal sifat-sifat Allah (as-Salam, al-Mukmin dan al-Latif)
- Iman kepada Rasul dan Nabi Allah
- Membiasakan akhlak terpuji (siddiq, amanah, tabligh, fatonah, akhlak terhadap teman, mencintai dan meneladani akhlak mulia lima Rasul Ulul Azmi)
- Menghindari akhlak tercela (munafik)
5. Kelas 5
a) Semester ganjil
- Kalimat thayyibah (hamdalah dan takbir)
- Mengenal sifat-sifat Allah (al-Wahhab, ar-Rozzaq, al-Fattah)
- Iman kepada hari kiamat
- Membiasakan akhalak terpuji (optimis, qonaah, tawakkal, akhlak ketika di tempat ibadah dan tempat umum)
- Menghindari akhlak tercela (pesimis, bergantung, serakah dan putus asa)
b) Semester genap
- Kalimat thayyibah (tarji’)
- Mengenal sifat-sifat Allah (al-Muhyi, al-Mumiit dan al-Baqii)
- Membiasakan akhlak terpuji (teguh pendirian, dermawan dan akhlak yang baik dalam hidup bertetangga)
- Mengindari akhlak tercela (kikir dan serakah melalui kisah Qorun)
6. Kelas 6
a) Semester ganjil
- Kalimat thayyibah (istighfar)
- Mengenal sifat-sifat Allah (al-Qowiyy, al-Hakim, al-Mushowwir dan al-Qodir)
- Iman kepada takdir Allah (Qada dan Qadar)
- Membiasakan akhlak terpuji (tanggung jawab, adil dan bijaksana)
- Menghindari akhlak tercela (marah, fasik dan murtad)
b) Semester genap
- Kalimat thayyibah (taubat)
- Mengenal sifat-sifat Allah ( al-Ghafur, al-Afuwwu, as-Shabur dan al-Halim)
- Membiasakan akhlak terpuji (sabar dan taubat melalui kisah Nabi Ayub dan Nabi Adam AS serta akhlak terhadap binatang dan tumbuhan)
D. Pengembangan Materi Pembelajaran
1. Pengertian materi pembelajaran
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.
2. Jenis-jenis materi pembelajaran
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.
a. Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran akidah akhlak: kisah Mashitoh.
b. Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya.Contoh, dalam mata pelajaran akidah akhlak: akhlak terpuji merupakan akhlak yang harus dimiliki oleh orang islam.
c. Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh, dalam mata pelajaran akidah akhlak: rukun iman atau rukun islam.
d. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam mata pelajaran akidah akhlak: tata cara bertaubat.
e. Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb. Contoh, dalam mata pelajaran akidah akhlak: adanya akhlak terpuji dan tercela.
3. Prinsip-prinsip pengembangan materi pembelajaran
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a. Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ”Membiasakan sikap rukun dan tolong menolong” (Akidah Akhlak Kelas 3 semester 2) maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”pengertian rukun dan tolong menolong dan penerapannya daam kehidupa sehari-hari” (materi konsep).
b. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah rukun iman yang meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada’ dan qadar, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi keenam rukun iman tersebut.
c. Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
4. Penentuan cakupan materi
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus memperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotor, karena ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran. Kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada peserta didik tentang rukun iman, maka uraian materinya mencakup:
a. Penguasaan atas konsep keimanan dan rukun iman.
b. Penerapan/aplikasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Cara memperkuat keimanan.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
5. Penentuan sumber belajar dan strategi yang digunakan
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung materi pembelajaran tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
1. Buku
2. Laporan hasil penelitian
3. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
4. Majalah ilmiah
5. Kajian pakar bidang studi
6. Karya profesional
7. Buku kurikulum
8. Terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
9. Situs-situs Internet
10. Multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
11. Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)
12. Narasumber
Perlu diingat bahwa tidaklah tepat jika seorang guru hanya bergantung pada satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran bukanlah usaha mengkhatamkan (menyelesaikan) keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan sumber belajar maupun Bahan Ajar secara bervariasi, agar proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Strategi belajar
Ditinjau dari sisi guru strategi belajar yaitu perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau membelajarkan kepada peserta didik (teaching activity). Sebaliknya, ditinjau dari sisi peserta didik, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran (learning activity).
Secara khusus dalam belajar, kegiatan peserta didik dapat dikelompokkan menjadi menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih.
Penjelasan dan contoh berikut adalah minimal. Guru dipersilakan melakukan pengembangan disesuaikan dengan metode-metode lebih mutakhir yang dimiliki:
a. Menghafal
Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting peserta didik paham atau mengerti, misalnya paham inti isi dari masing-masing asma’ul husna, rukun iman, rukun islam, dsb.
b. Menggunakan/Mengaplikasi
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasi materi yang telah dipelajari.
c. Menemukan
Penemuan di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan, merupakan hasil belajar tingkat tinggi.Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif.
d. Memilih
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap.Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.Misalnya memilih untuk berperilaku jujur atau berperilaku bohong.
6. Langkah-langkah pengembangan materi akidah akhlak
Untuk mengembangkan materi aqidah akhlak ini, maka kita perlu mengetahui materi besarnya apa, selanjutnya apa bagian dari apa. Atau biasa disebut juga dengan struktur materi misalnya kita belajar tentang materi syukur, kita tahu bahwa itu adalah akhlak terpuji kepada Allah, ghibah adalah akhlak tercela kepada sesama manusia dan lain sebagainya.
Selanjutnya ada yang lebih penting yaitu peta konsep, yaitu gambaran dari materi yang akan kita ajarkan itu secara menyeluruh, kemudian dari gambaran itu dari mana kita akan memulainya. Misalanya kita ingin mengajarkan tentang Iman kepada malaikat. Hal-hal apa saja yang termasuk dalam iman kepada malaikat ini yang harus dibicarakan. Misalnya : nama malaikat, tugas malaikat, mengapa harus beriman kepada malaikat, apa dampak positif jika kita beriman kepada malaikat, bagaimana cara melakukan iman kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari, apa argumentasi iman kepada malaikat dan seterusnya. Jadi misalnya kita telah mengetahui, bahwa materi iman kepada malaikat ini, sudah dibicarakan sejak kelas-kelas di SD, SMP, ketikal kita mengajar SMA atau MA apakah itu juga yang kita ajarkan ?, tentu tidak, kalaupun kita ajarkan itu hanya “sekilas info”, tapi itu bukan tujuan, kita ajak siswa untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya bagaimana cara beriman kepada malaikat dalam kehidupan dan lain sebagainya. Demikian juga dengan materi-materi lainnya.
Selanjutnya mengenai hal lain yang berkaitan dengan pengembangan materi, dalam hal ini bagaimana mengembangkan materi inti melalui pengembangan dengan menggunakan teori-teori lain, ataupun mengembangkan materi sesuai dengan pengalaman kehidupan siswa dalam kehidupan sehari-hari hal ini biasanya disebut materinya harus kontekstual. Pengembangan materi secara kontekstual adalah sumber belajar bukan hanya buku paket tetapi dari mana saja baik dari buku-buku, literature atau sumber kepustakaan lain baik dalam rumpun mata pelajaran yang sama ataupun mata pelajaran lain tetapi berhubungan, misalnya kita meminjam teori psikologi, sosiologi, filsafat, kesehatan dan lain sebagainya untuk materi aqidah akhlak, jadi sumbernya sangat luas. Karena dalam Islam sebenarnya Ilmu Pengetahuan itu sebenarnya tidak beretentangan dengan ajaran Islam bahkan Islam menyuruh umatnya untuk mempelajari semua hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan asal jangan sampai melupakan kebesaran Allah.Ataupun menggunakan hal-hal atau materi yang biasa ada dalam kehidupan anak atau siswa sehari hari. Dalam pembelajaran aqidah akhlak ini pengembangan materi bias dilihat secara tekstual artinya mengembangkan materi pelajaran inti melalui literartur atau sumber kepustakaan lain, dan pengembangan materi disesuaikan dengan kehdiupan sehari-harisiswa dan ini diistilahkan kontekstual.
Selanjutnya mengenai hal lain yang berkaitan dengan pengembangan materi, dalam hal ini bagaimana mengembangkan materi inti melalui pengembangan dengan menggunakan teori-teori lain, ataupun mengembangkan materi sesuai dengan pengalaman kehidupan siswa dalam kehidupan sehari-hari hal ini biasanya disebut materinya harus kontekstual. Pengembangan materi secara kontekstual adalah sumber belajar bukan hanya buku paket tetapi dari mana saja baik dari buku-buku, literature atau sumber kepustakaan lain baik dalam rumpun mata pelajaran yang sama ataupun mata pelajaran lain tetapi berhubungan, misalnya kita meminjam teori psikologi, sosiologi, filsafat, kesehatan dan lain sebagainya untuk materi aqidah akhlak, jadi sumbernya sangat luas. Karena dalam Islam sebenarnya Ilmu Pengetahuan itu sebenarnya tidak beretentangan dengan ajaran Islam bahkan Islam menyuruh umatnya untuk mempelajari semua hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan asal jangan sampai melupakan kebesaran Allah.Ataupun menggunakan hal-hal atau materi yang biasa ada dalam kehidupan anak atau siswa sehari hari. Dalam pembelajaran aqidah akhlak ini pengembangan materi bias dilihat secara tekstual artinya mengembangkan materi pelajaran inti melalui literartur atau sumber kepustakaan lain, dan pengembangan materi disesuaikan dengan kehdiupan sehari-harisiswa dan ini diistilahkan kontekstual.
Pengembangan materi dalam RPP ditulis dalam bagian materi, dan dalam pelaksanaan pembelajaran nampak dalam penjelasan-penjelasan guru dan cara menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran, 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers
‘Abdulrahim, Muhammad ‘Imaduddin. 1990. Kuliah Tauhid. Bandung: Yayasan Pembina Sari Insan (YAASIN).
‘Abdulrahim, Muhammad ‘Imaduddin. 1990. Kuliah Tauhid. Bandung: Yayasan Pembina Sari Insan (YAASIN).
Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.
Post title : kelompok 3 aqidah ahlak
URL post : http://pgmic-2010.blogspot.com/2012/05/kelompok-3-aqidah-ahlak.html
URL post : http://pgmic-2010.blogspot.com/2012/05/kelompok-3-aqidah-ahlak.html
0 komentar:
Show Emoticons
Posting Komentar