BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
Secara etimologis aqidah berasal dari kata aqodah-ya’qidu –a’dan-aqidatan. A’dan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologi menurut para tokoh :
1. Hasan albanna aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
2.Menurut abu bakar jabir aljazairi, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
B. Sumber Aqidah
Sumber aqidah adalah alquran dan sunnah artinya apa saja yang di sampaikan Allah dalam alquran dan oleh rasulullah dalam sunnahnya wajib di imani (di yakini dan di amalkan)
C. Tujuan Aqidah Akhlak
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
a. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 172-173 yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “, mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?”
Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.
b. Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia.
Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT,dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
c. Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
Pengembangan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI
1. Pendekatan Individu untuk Akhidah Akhlak.
Setiap Peserta didik memiliki keunikan tersendiri, itulah yang membuat cara berperilku dan cara belajarnya berbeda. Sehingga sebagai guru tidak boleh menyamakan antara yang satu dengan yang lain. Sehingga anak yang mungkin aktif dikelas, tidak bisa dianggap lebih pandai dari anak yang pendiam, terlebih dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
Pembelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya berupa pengetahuan, namun yang terpenting adalah pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga guru harus jeli betul dalam memperhatikan perkembangan pemahaman anak didiknya. Hal itu bisa dipantau dari setiap Individunya.
Ketika ada anak yang pandai dalam teori Aqidah Akhlak, misalkan tahu semua rukun dan sunnah sholat, berkata baik pada orang lain, sopan santun pada guru, namun pengaplikasiannya kurang. Maka tindakan guru adalah harus memindahkan posisi duduknya padaanak-anak yang meskipun pemahamannya kurang, namun bagus dalam pengaplikasiannya. Misalkan yang sopan santun pada guru, rajin sholat berjamaah di masjid dan sebagainya.
2. Pendekatan kelompok
Model Pendekatan kelompok dalam pelajaran Aqidah Akhlak ini sangat cocok untuk materi-materi sosial seperti zakat, membiasakan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela, mengaplikasikan sikap Ar-rahman dan Ar-rahim dan materi-materi sosial lainnya yang membutuhkan orang lain atau teman-temannya untuk pengaplikasiannya. Sehingga anak bisa langsung mempraktekkannya,Strategi yang digunakanpun banyak, bisa dramatisasi, CTL, Karyawisata, atau Direct Learning yang disitu membutuhkan peran orang lain atau kerjasama kelompok. Sehingga materi Aqidah akhlak tidak hanya sebatas pengetahuan yang tersimpan di otak anak namun juga terimplementasi pada pribadi peserta didik. Sehingga perubahan tingkah laku(akhlakul karimah) pun bisa benar-benar terealisasi.
3. Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif sangat penting dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak. Karena model Pendekatan ini adalah merupakan pembiasaan terhadap guru dan peserta didik, terlebih untuk mata Pelajaran Aqidah Akhlak yang berisi nilai-nilai moral dan kepercayaan, maka Pendekatan ini menjadi sangt Penting karena sebagai bentuk aplikasi juga dari berbagai materi Aqidah Akhlak yang telah diajarkan.
Guru bisa memulai Pendekatan Edukatif ini dengan Pembiasaab-pembiasaan. Misalkan ketika bertemu guru mengucapkan salam dan mengajak bersalaman, begitupun ketika hendak berpisah. Sebelum pelajaran dimulai guru mengajak para siswa berdoa dan menutupnya dengan bacaan hamdalah. Dan sebelum pulang guru mengajari para siswa untuk saling berjabat tangan pada sesama temannya.
Ketika ada temannya yang terjatuh, maka guru harus mengajari para siswa untuk menolong, kalau marah harus berwudhu dan tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor atau bahkan memukul temannya, ketika waktu sholat tiba, guru mengajak murid-muridnya untuk sholat berjamaah. Dan masih banyak model Pendekatan Edukatif lainnya yang bisa kita jadikan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.
Karena kebiasaan-kebiasaan tersebut sering dilakukan, maka diharapkan pribadi siswa akan terekontruksi dan tercipta karakter yang baik. Karena sesuatu kebiasaan yang sering dilakukan itu akan menjadi karakter dan karakter itu akan menentukan nasib kita.1 Maka Pendekatan Edukatif ini sangat penting untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak.
4. Pendekatan Variatif
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata Pelajaran yang cukup membingungkan bagi anak-anak MI. Terlebih ketika guru menjelaskan masalah Iman, maka para peserta didik yang umumnya masih berfikir kongkrit itu akan kebingungan. Karena masa rentan 7-11 tahun itu anak pada masa kongkrit operasi sehingga hanya mampu berfikir kongkrit.2 Sehingga guru dituntuk harus variatif, satu strategi saja tidak cukup. Harus ada strategi B atau C sekaligus.
Guru harus pandai-pandai membuat analogi-analogi atau perumpamaan-perumpamaan untuk menjelaskan masalah yang berbau abstrak atau kepercayaan. Karena hal itu akan lebih memahamkan siswa, meskipun tidak secara komprehensif, namun seiring Perkembangan pola pikir maka peserta didik akan mengetahuinya sendiri.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan Keagamaan dalam mata Pelajaran Aqidah Akhlak termasuk penting. Karena ketika kita membahas materi-materi misalkan tentang makna Ar-rahman, Ar-rahim, zakat dan yang sejenis, maka secara tidak lngsung juga kita telah mengajarkan materi Ilmu Pengetahuan Sosial seperti kasih sayang, tolong-menolong dan sabagainya.
Ketika kita menginjak materi seperti mengagungkan ciptakan Alloh seperti gunung, lautan, hewan dan sebagainya. Maka secara tidk langsung kita juga telah mengajarkan materi-materi Ilmu Pengetahuan Alam. Sehingga tidak ada jurang Pemisah antara Ilmu agama dan Ilmu Umum.
Hal ini bagus diterapkan karena mengingat paham sekularisme yang kian hari kian merajalela, yang menganggap jika Ilmu Agama khususnya Agama hanya bermuatan hukum-hukum mahdhah. Sehingga sangat bagus jika guru mengaitkan materi tersebut dengan pertimbangan sains dan agama. Agar terbangun mental pelajar Islami yang terintegrasi, dan itu akan membuat anak bangga akan agamanya.
Jadi Pendekatan keagamaan ini sangat penting dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MI. Agar Dikotomi Ilmu Pengetahuan itu tidak terus terjadi yang membuat banyak orang pintar namun tidak beretika. Dengan Model Pendekatan Keagamaan ini, maka diharapkan selain memahami nilai-nilai Ilmu(sains) juga semakin meningkatkan rasa syukur sebagai seorang Muslim yang Insya Alloh dewasa kelak akan menjadi Intelektual Muslim yang Beretika. Yang tidak hanya tinggi keilmuaanya, namun juga melekat nilai-nilai Keislamannya.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI
Faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksana tidaknya pendidikan aqidah akhlak di lembaga pendidikan jalur sekolah, sebagai berikut :
1. Faktor Guru
a. Latar Belakang Pendidikan Guru
Guru adalah pribadi kunci dan figur sentral yang mengantarkan sukses tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan. Keberadaan guru tidak mungkin akan digantikan oleh bentuk apapun juga, termasuk bagaimanapun canggihnya elektronika informasi media pendidikan. Jika demikian persoalannya menjadi guru atau pendidik bukanlah hal yang gampang. Ia harus memiliki kualifikasi profesional yang mantap. Dan hal ini biasanya hanya dimiliki bagi mereka yang memang berlatar belakang pendidikan relevan dengan ilmu pendidikan, atau minimalnya memiliki pengetahuan mendidik yang didapat dari berbagai kajian.
Jika demikian persoalannya, kualitas mendidik guru yang lahir dari latar belakang pendidikan atau pelatihan keguruan, sangat menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, termasuk kependidikan aqidah akhlak yang dilaksanakan, apalagi muatan pendidikan akhlak tidak sebatas hanya mematangkan konseptual saja lebih dari itu harus matang dalam prilaku sebagai cermin akhlak yang dimiliki setelah belajar aqidah akhlak itu sendiri.
b. Penggunaan Metode Mendidik dan Mengajar yang Berdaya Guna
Mengajar dan mendidik memang memerlukan strategi dan cara yang tepat. Keliru dalam konsepsi ini akan melahirkan produk yang kurang relevan dengan tujuan pendidikan. Terlebih lagi di saat terjadinya proses belajar mengajar di kelas, dimana strategi/metode mengajar itu amat menentukan keberhasilan seorang guru dalam memproses pesan-pesan pembelajaran. Banyak guru yang gagal dalam pembelajaran karena tidak menguasai metode mengajar dengan mantap, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi statis, tidak merangsang dan kaku. Sementara penggunaan metode yang tepat adalah metode yang mampu menjawab tuntutan tujuan pengajaran/memiliki kesesuaian dengan tujuan pengajaran.
Dengan demikian penggunaan metode merupakan salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Demikian juga dengan mata pelajaran aqidah akhlak, penggunaan metode yang tepat oleh guru agama Islam sangat menentukan tingkat keberhasilan pendidikan aqidah akhlak itu sendiri. Maka dari itu metode mendidik ini harus mengacu kepada metode mengajar di kelas dan metode mendidik secara kemanusiaan dalam konteks pembinaan akhlaqul karimah. Satu hal paling relevan dan menjamin dipergunakan dalam kegiatan ini adalah metode variatif, artinya penggunaan metode dalam kaitannya dengan situasi, berarti bisa banyak metode yang diterapkan dalam satu kondisi. Khusus bagi pelayanan akhlak metode yang paling utama tentu metode pembiasaan, suri tauladan, nasehat dan lain sebagainya.
c. Pemanfaatan Waktu
Waktu laksana pandang, tidak dipergunakan dengan baik, justru menjadi lawan yang cukup berbahaya, dia bisa memotong tuannya. Demikian kiasan yang sering kita dengar. Ini berarti penggunaan waktu sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam melaksanakan sebuah aktivitas. Hal serupa tentu saja terlihat juga pada pelaksanaan kependidikan aqidah akhlak. Waktu yang dimiliki seseorang guru mata pelajaran aqidah akhlak ini harus dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga segenap pesan-pesan yang disampaikan lewat proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pengalaman mencatat, waktu yang tersedia bagi pendidikan aqidah akhlak terbukti relatif sedikit, yang berarti sangat memungkinkan untuk adanya ketertinggalan dalam menyampaikan pesan pembelajaran, belum lagi di ketika mencoba menghubungkannya dengan persoalan pembinaan akhlak. Maka dari itu proses pemanfaatan waktu bagi seorang guru mutlak dilakukan.
Sisi lain berkenaan dengan ini adalah posisi siswa yang tentu saja juga harus menggunakan sedemikian rupa atas tersedianya waktu yang ada yang memang amat terbatas. Sehingga semua siswa siap menerima transfer pengetahuan, nilai, dan makna hidup. Jadi pemanfatan waktu oleh pihak guru dan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak sangat menentukan tingkat keberhasilan pendidikan aqidah akhlak itu sendiri.
2. Faktor Siswa
Dalam pendidikan memang keberadaan siswa tidak bisa diabaikan. Laksana kapal, siswa adalah penumpang yang bakal dibawa dalam arung lautan untuk mencapai tujuan pantai. Masalahnya sekarang adalah, jika penumpang ingin selamat dan berhasil mencapat tepi pantai tujuan, maka ia harus mampu menjadi penumpang yang baik, penumpang yang mampu menerima layanan sekaligus membalas jasa layanan itu dengan bijak. Hal ini jika kita kembali kepada persoalan pendidikan di sekolah, tampak keberadaan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan pendidikan itu sendiri, terutama di ketika semua siswa menyadari bahwa mereka akan dibawa dalam tujuan pendidikan yang maksimal. Memahami konsepsi inilah siswa tentu saja harus aktif dan mengaktifkan diri dalam berbagai aktivitas pendidikan ataupun pembelajaran.
Jika demikian, keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar menentukan tingkat keberhasilan sebuah pembelajaran. Demikian juga pada bidang studi pendidikan aqidah akhlak. Keberadaan siswa dengan tingkat keaktifan yang bervariasi akan menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Jika kebetulan tingkat keaktifan siswa berada di bawah standar/rendah, maka berpeluang untuk sulitnya memproses pengajaran, sekaligus bakal mengantarkan kepada kegagalan, sebaliknya jika keaktifan siswa berjalan dengan baik maka peluang untuk mencapai keberhasilan pendidikan aqidah akhlak itu terbuka lebar. Dengan demikian berarti keberadaan siswa dengan berbagai kondisinya (termasuk keaktifannya) sangat menentukan keberhasilan pendidikan aqidah akhlak yang diajarkan tersebut.
3. Faktor Sarana dan Fasilitas
Keberadaan sarana dan fasilitas dalam konsepsi pendidikan teramat menentukan keberadaan pendidikan itu, dalam arti menunjang keberhasilan pendidikan. Keberadaan sarana dan fasilitas yang cukup dan berdaya guna biasanya sangat membantu proses pelaksanaan berbagai aktivitas guru dan siswa, sebaliknya keberadaan sarana dan fasilitasnya yang kurang biasanya cukup menghambat bagaimana guru dan siswa bersama-sama memproses pembelajaran, bahkan cenderung vakum dan statis. Siswa dan guru seolah kehilangan spirit dalam membuka peluang-peluang aktivitas guna memaksimalkan proses pendidikan dan pengajaran.
Dengan demikian keberadaan sarana dan fasilitas sekaligus pendayagunaannya secara maksimal dalam pembelajaran aqidah akhlak sangat membantu keberhasilan pendidikan aqidah akhlak itu sendiri. Semakin lengkap sarana dan penggunaannya yang baik, semakin berpeluang memberikan kontribusi bagi keberhasilan pembelajaran itu, sebaliknya semakin minim fasilitas dan sarana serta penggunaannya yang keliru berpeluang membuat pendidikan aqidah akhlak itu kurang terlaksana dan tidak berhasil dengan baik.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan perpaduan budaya yang cukup menentukan langkah aktivitas seseorang. Seseorang bisa berjalan sesuai dengan programnya kadang karena lingkungnnya yang mendukung. Namun tidak jarang, seseorang terpaksa menghadapi kendala bahkan tidak jarang harus gagal, hanya karena berbenturan dengan lingkungan. Sekali lagi lingkungan merupakan salah satu penentu mampu tidaknya seseorang beradaptasi dengan apapun juga. Dalam kaitan ini, ternyata dalam dunia pendidikan pun keberadaan lingkungan cukup memberikan peran ganda. Di ketika lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya memberikan warna positif terhadap sebuah lembaga pendidikan, dalam arti amemberikan respon positif maka tidak jarang lembaga menjadi statis dan kurang mampu mengembangkan berbagai aktivitas kependidikan, bahwa cenderung berjalan apa adanya.
Jika demikian persoalannya, pembelajaran aqidah akhlak pun keberhasilan dan ketidakberhasilan pelaksanaannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jika keberadaan lingkungan sekitar mampu mencerminkan aktivitas positif bagi proses pembelajaran aqidah akhlak, maka dia mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pelaksanaan pendidikan itu, sebaliknya jika kondisi lingkungan terbukti tidak relevan dengan proses pembelajaran aqidah akhlak jelas akan mempengaruhi kekurang maksimalan proses pendidikan aqidah akhlak itu sendiri. Itulah beberapa faktor-faktor yang cukup mempengaruhi bagaimana pembelajaran aqidah akhlak itu dilaksanakan, sekaligus memberikan kontribusi bagi keberhasilan dan ketidakberhasilannya, dalam arti keberadaan faktor dimaksud akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dan ketidak berhasilan pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di lembaga pendidikan.
Pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas
a. Pendekatan kekuasaan
Yaitu, bagaimana menanamkan dan memberikan pengertian kepada siswa bahwa di dalam hidup dan kehidupan manusia dianut norma-norma yang harus dipatuhi anggota-anggotanya. Dengan demikian guru memiliki kekuasaan untuk mendisiplinkan dan mengelola kelasnya.
b. Pendekatan ancaman
Pendekatan ancaman dalam pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan cara: melarang, sindiran, dan memaksa. Pendekatan ancaman dilakukan dalam dalam rangka mengontrol tingkah laku siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Pendekatan kebebasan
Guru harus memberikan kebebasan dalam batas-batas tertentu kepada siswa agar mereka tidak merasa tertekan dan merasa rileks dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas.
d. Pendekatan resep
Yaitu guru memberikan sejumlah daftar kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk dapat menyelesaikan program satuan belajar atau penalaman belajar tertentu. Dimana langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran diuraikan secra rinci dan diharapkan siwa dapat melakukannya secara mandiri dengan bantuan dan bimbingan guru.
e. Pendekatan pengajaran
Dalam pendekatan ini dianjurkan agar guru dalam mengajat dapat mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang urang baik.
f. Pendekatan perubahan tingkah laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari belum kepada menghayati nilai-nilai serta dari belum kepada menguasai keterampilan-keterampilan tertentu.
g. Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial
Pendekatan ini merupakan suatu proses menciptakan suasana eosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan timbal balik yang baik antara guru dengan sisa atau antara siswa dengan siswa. Tugas guru berdasarkan pendekatan ini adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
h. Pendekatan proses kelompok
Pengeolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang ergairah dalam belajar.
i. Pendekatan electis atau pluralistik
Pendekatan electis disebut juga pluralistik, yaitu suatu endekatan pengelolaan kelas yang menekankan pada bagaimana menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Dalam hal ini guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendeatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas
a. Pendekatan kekuasaan
Yaitu, bagaimana menanamkan dan memberikan pengertian kepada siswa bahwa di dalam hidup dan kehidupan manusia dianut norma-norma yang harus dipatuhi anggota-anggotanya. Dengan demikian guru memiliki kekuasaan untuk mendisiplinkan dan mengelola kelasnya.
b. Pendekatan ancaman
Pendekatan ancaman dalam pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan cara: melarang, sindiran, dan memaksa. Pendekatan ancaman dilakukan dalam dalam rangka mengontrol tingkah laku siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Pendekatan kebebasan
Guru harus memberikan kebebasan dalam batas-batas tertentu kepada siswa agar mereka tidak merasa tertekan dan merasa rileks dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas.
d. Pendekatan resep
Yaitu guru memberikan sejumlah daftar kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk dapat menyelesaikan program satuan belajar atau penalaman belajar tertentu. Dimana langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran diuraikan secra rinci dan diharapkan siwa dapat melakukannya secara mandiri dengan bantuan dan bimbingan guru.
e. Pendekatan pengajaran
Dalam pendekatan ini dianjurkan agar guru dalam mengajat dapat mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang urang baik.
f. Pendekatan perubahan tingkah laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari belum kepada menghayati nilai-nilai serta dari belum kepada menguasai keterampilan-keterampilan tertentu.
g. Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial
Pendekatan ini merupakan suatu proses menciptakan suasana eosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan timbal balik yang baik antara guru dengan sisa atau antara siswa dengan siswa. Tugas guru berdasarkan pendekatan ini adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
h. Pendekatan proses kelompok
Pengeolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang ergairah dalam belajar.
i. Pendekatan electis atau pluralistik
Pendekatan electis disebut juga pluralistik, yaitu suatu endekatan pengelolaan kelas yang menekankan pada bagaimana menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Dalam hal ini guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendeatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Tholib, Muhammad. 2010. 3 kunci utama mendidik aqidah anak, Yogyakarta: Ma’alimul Usra Media.
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama islam, Jakarta: Gaung Persada Press.
Riadi, Hendar. 2000. Tauhid Ilmu dan Implementasinya dalam Pendidikan, Bandung: Nuansa.
Pola Pengembangan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI dan faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran
Dosen Pembimbing : Ifa Nur Hayati, M.Pdi
Oleh :
Maria Ulfa (10140119)
Nurul Lailatul A. (10140121)
Khujaimah (10140123)
Anis Nur Ina Z . (10140124)
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maliki Malang
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Alloh SWT,karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masi diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Rini Nafsiati Astuti,M.Pd dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin…
Malang,27 Maret 2012
Penulis
BAB III
KESIMPULAN



· Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan sejak lahir
· Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia.
· Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.

· Pendekatan Individu untuk Akhidah Akhlak
· Pendekatan kelompok
· Pendekatan Edukatif
· Pendekatan Variatif
· Pendekatan Keagamaan

· Faktor guru
· Faktor siswa
· Faktor sarana dan fasilitas
Post title : kelompok 1 akidah ahlak
URL post : http://pgmic-2010.blogspot.com/2012/04/kelompok-1-akidah-ahlak.html
URL post : http://pgmic-2010.blogspot.com/2012/04/kelompok-1-akidah-ahlak.html
0 komentar:
Show Emoticons
Posting Komentar